STAIPI Garut – Kembali melahirkan para hafizh Al-Quran, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Persatuan Islam pun memberikan penghargaan kepada para mahasiswanya yang berhasil mengkhatamkan hafalannya sebanyak 30 juz Al-Quran. Penghargaan tersebut disampaikan pada acara Wisuda Sarjana XII tahun akademik 2021/2022 yang dilaksanakan hari Kamis (15/09/2022) di gedung Auditorium STAI Persis Garut.
Terdapat 5 orang mahasiswa yang mendapat penghargaan Hafizh Al-Quran ini, yaitu Fikri Rahman Hakim, S.Ag., Aeni Nurul Hasanah, S.Ag. dan Sri Halimah Hidayah, S.Ag. dari prodi Ilmu Alquran dan Tafsir; Ernawati, S.Ag. dari prodi Ilmu Hadits; dan Wahdah Syariati, S.Pd. dari prodi Pendidikan Agama Islam. Kelima orang yang mendapat penghargaan Hafizh Al-Quran tersebut merupakan bagian dari mentor Unit Pelaksana Teknis Tahsin dan Hifzhil Quran (UPTTHQ) STAI Persis Garut.
Menurut penuturan kelima penyandang penghargaan tersebut, UPTTHQ sendiri memiliki andil dalam proses menghafal Al-Quran di STAI Persis Garut. Diantaranya memberikan kesempatan untuk menyetorkan hafalan dan mengulang-ulangnya, serta memperbaiki bacaan tahsinnya. Tentunya selain fasilitas yang disediakan oleh UPTTHQ, kemudahan dari Allah serta tekad kuat yang dimiliki para penyandang penghargaan Hafizh Al-Quran ini menjadi pendorong yang kuat dalam proses menyelesaikan hafalan 30 juz Al-Quran.
Diantara kiat-kiat dalam proses menghafalkan Al-Quran ialah memperhatikan dan menyeimbangkan antara menambah hafalan baru (ziyadah) dan mengulangnya (murojaah). Menurut Fikri Rahman Hakim, S.Ag., diantara tips dalam menghafal Al-Quran ialah dengan mengetahui terjemahnya, sehingga dengan itu akan lebih mudah menghafal setiap lafazh yang dihafalkan. Selain itu, hendaknya seorang penghafal Al-Quran mengulang minimal 10% dari keseluruhan hafalannya setiap harinya.
Wahdah Syariati, S.Pd. juga menambahkan, bahwa muroja’ah atau mengulang hafalan ini merupakan hal penting dalam menghafal Al-Quran yang tidak boleh ditinggalkan meskipun prosesnya panjang. “Kalau fokus menghafal, bisa saja selesai dalam waktu singkat. Namun untuk murojaah, butuh proses panjang dan waktu yang sangat lama agar bisa memiliki hafalan yang mutqin.” tuturnya.
Selain kiat-kiat secara teknis, ada pula hal lain yang perlu diperhatikan dalam menghafal Al-Quran, diantaranya ialah niat yang lurus, tekad yang kuat, berdo’a, meningalkan hal-hal yang tidak bermanfaat dan memilih waktu yang tepat. Menurut Sri Halimah, S.Ag., dan Ernawati, S.Ag., waktu yang paling efektif untuk menghafal Al-Quran ialah waktu Subuh, waktu Ashar dan waktu Maghrib. Bahkan ketika libur kuliah, waktu Dluha juga bisa menjadi waktu yang efektif untuk menghafalkan Al-Quran.
Proses menghafal Al-Quran di tengah kegiatan kuliah memang bukanlah suatu hal yang mudah. Terlebih bagi Wahdah Syariati, S.Pd., mahasiswi yang telah memiliki satu orang putra balita. “Lakukan kewajiban semampunya sesuai kesanggupan. Karena gak mungkin juga saya terus terusan murojaah seharian, sedangkan anak gak keurus. Atau murojaah seharian, tapi tugas kuliah terbengkalai. Intinya, semua tempatkan sesuai porsinya. Kalau lagi sibuk dengan tugas kuliah, murojaah atau membaca Alquran semampunya saja. Tidak apa apa sedikit juga. Karena amalan yang sedikit tapi rutin itu lebih dicintai Allah daripada sekaligus banyak tapi akhirnya ditinggalkan,” tutur beliau.
Lebih spesifik Fikri Rahman Hakim, S.Ag. menambahkan, kegiatan menghafal dapat dilaksanakan di waktu malam hingga subuh, dan di samping waktu kuliah siang hari. Dengan begitu, kegiatan menghafal Al-Quran akan lebih teratur sehingga dapat menumbuhkan konsistensi dalam menjaga waktu bersama Al-Quran. (Fitri)